Senin, 20 Juli 2015

Menyoal Makna Sebuah Perjalanan


Jalur Pendakian Gn. Merbabu via Wekas

“Traveling – it leaves you speechless, then turns you into a storyteller.” – Ibn Battuta

Sebuah kutipan dari Ibn Battuta, seorang Traveller Muslim legendaris yang telah menghabiskan hidupnya berkeliling hingga 44 negara modern, bagiku kutipan dari beliau tentang makna suatu perjalanan begitu mengena. Karena aku sendiri termasuk seseorang yang sedikit membisu apabila diajak berdiskusi, kecuali apabila diskusi tersebut mengenai sebuah perjalanan. Entah itukah suatu tempat yang recommended maupun itinerary untuk travelling menuju suatu tempat.
Di samping kutipan dari Ibn Battutah sendiri, tentang makna suatu perjalanan bagi seorang pejalan, begitu banyak hal yang datang tanpa disangka, entah itu suatu pelajaran dari tragedi yang ada dalam proses perjalanan itu sendiri, maupun hal-hal yang ditemui ketika perjalanan itu berlangsung.
Dulu, bagiku suatu perjalanan hanyalah sebatas “been there, then picture it.”, hingga beberapa perjalanan ada hal yang membuat kurang dalam suatu perjalanan itu. Sesekali mencoba menantang diri untuk melakukan Solo Travelling menuju tempat yang sama sekali belum pernah kusentuh, dan hanya mengandalkan informasi dari smartphone genggam.
Hingga suatu ketika, muncul suatu ilham bahwa Travelling bukan hanya sebatas foto di media sosial maupun linimasa, juga bukan sejauh apa yang kita tuju. Namun perjalanan adalah seluas apa pengalaman yang kita dapat. Suatu tempat yang kita kunjungi dalam waktu yang berbeda akan memberikan kesan yang berbeda pula.

So well, masih betah bergumul dengan bantal-guling-kasur-smartphone di rumah nyamanmu ?

Selasa, 05 Mei 2015

Karena tiada pertemuan yang tak akan terpisahkan



Karena tiada pertemuan yang tak akan terpisahkan
Bersama setiap pijakan sepatu-sepatu usang kita yang membekas
Berjanjilah bahwa tiada satu kenanganpun dari langkah kita hilang ditiup angin begitu saja

Kita tau tirai akan terseret menutup membungkus seluruh canda tawa kita
Merapikan haru hitam biru cinta
Mengikatnya dengan rindu air mata

Bahwa tak akan pernah ada jalan yang selalu mudah untuk dilalui
Namun kutemukan keyakinan dalam dirimu, kawan
Bahwa derap langkah kita akan selalu bisa mengalahkan setiap tantangan

Dan bukankah slalu ada oposisi bagi setiap argumen
Namun aku percaya bahwa setiap kritik yang kau ucap atas nama kebersamaan
Bagai deburan ombak bahari mendinginkan pesisir pantai yang tersengat mentari
Bahwa kau tersenyum adalah lukisan terindah dari Yang Maha Suci

Putih Abu-Abu
Mungkin tak seindah semeriah pelangi
Namun kita slalu mampu mewarnainya dengan sejuta rasa, sejuta angan
Bahwa mimpi kita sebentar lagi akan menepi kenyataan

Kau dan aku,
Kita pasti sama berharap agar waktu ini jangan sampai begitu saja berlalu
Namun percayalah Tuhan Maha Asyik, kawan.
Akan selalu ada skenario terbaik bagi drama kita di masa depan

Karena tiada pertemuan tanpa perpisahan
Serangkaian kisah klasik akan menjadi pemanis di masa depan
Karena tiada pertemuan tanpa perpisahan
Tangis air mata dan canda tawa kita akan menjadi alunan merdu rindu di masa depan
Karena tiada pertemuan tanpa perpisahan
Semoga sejuta kenangan yang kita lalui bersama bisa menjadi tumpuan langkah kita di masa depan


Kamis, 19 Juni 2014

Rembulan dan Fase-Fasenya


"Dan telah Kami tetapkan bagi bulan manzilah-manzilah, sehingga kembalilah dia sebagai bentuk tandan yang tua" (yasin : 39) 




BULAN BARU. Kehilangan, aku sepi langit malam dengan seonggok rindu yang mencari sinarmu. Meski bintang gemerlap, akulah langit yg sendiri. 

1/4 PERTAMA. Kau mulai muncul di langitku, kini akulah langit yang terwarnai rajutan rindu sinar-sinar temarammu. 

PURNAMA. Sempurna. Kini aku langit yang kau terangi dengan sinar sendu cahyamu 
menyelimutiku dengan sekian manisnya semburat dari senyummu. 

1/4 AKHIR. Bersiap u/ berpisah. Karena hidup ini berpola. Aku paham hadirnya perpisahan. Aku langit yang berduka bersiap menunggu hadirmu. 


#Yogyakarta140karakter
1 Juni 2014

Selasa, 01 April 2014

Secangkir Kopi, Tentang Tangan di Balik Itu


                Dini hari begini memang jam-jamnya orang ngegalau sambil ngelamun. Haha, secangkir kopi hitam di depanku mengingatkan tentang sebuah pangendikan dari al-ustadz Dr. Masruchin di suatu pagi. Waktu itu ketika aku beruntung termasuk sebuah rombongan yang akan berangkat menuju pantai Indrayanti, Gunung Kidul, Yogyakarta.
                Kali ini bukan tentang pantainya, tapi masih dengan secangkir kopi. Aku masih ingat, ketika itu ustadz Masruchin ngendika kurang lebihnya, “hidangan iku ojo didelok seko wujude, ning didelok disik sopo sing gawe hidangan kuwi.” Ungkap beliau sembari menerima secangkir kopi dan sepiring buah-buahan dari seorang santriwati komplek Hindun PP Krapyak Yogyakarta, lalu menyantapnya. Spontan kami sedikit menyunggingkan senyuman gara-gara pangendikan ustadz Masruchin tersebut.
                Lalu aku pun disodori sisa kopi ustadz Masruchin yang katanya nggak habis itu. “iki Zuh, dientekke, mugo-mugo dadi doktor ngko, hehe.”  Dalam hati jujur saja aku mengamininya (ngarep dikitlah). Lalu aku meminum kopi tersebut sembari mengawang-awang pangendikan ustadz Masruchin tadi.
                Mungkin ada benarnya juga tentang apa yang diucapkan ustadz tadi. Meskipun aku nggak bisa merasakan penuh di secangkir kopi yang aku pegang sekarang ini. Tapi bukankah alangkah nikmatnya apabila secangkir kopi yang aku pegang ini adalah maha karya dari tangan seseorang yang kita sayangi. Aku yakin bahwa akan ada passion dan sensasi tersendiri yang akan memadukan aroma kopi dan sensasi tersebut. Mungkin akan menjadi lebih nikmat, beraroma kuat dan nggak akan terlupa begitu saja.

                Langit malam masih begitu kelam, entah kapan pagi menyusul tidurku. Mungkin efek kafein ini setia menemaniku sembari mengimajinasikan apa yang dingendika oleh ustadz Masruchin tadi. Haha, entah nanti siapa yang akan setiap harinya menghidangkan secangkir kopi dan menemani pagiku. Yang kutau seseorang itu cantik, dan yang kutau wanita canti adalah wanita yang bisa memberikan sensasi yang nggak mudah dilupakan semudah melupakan senyum manisnya. (az)

Senin, 31 Maret 2014

Lupakan Sejenak, Kita Ngopi Joss Malam Ini




Semakin lama, masalah semakin komplek. Entah mulai dari madrasah, kalo nggak sikap guru yang dinilai siswa nggak ‘memuaskan’, atau tugas yang nggak kenal waktu datang bertubi-tubi begitu saja. Mungkin juga dari soal asmara –fuck- yang semakin membuat dilema, ah, nggak taulah, ini salah siapa. Shit, this is what i mean with Complex Problem.
                Suatu sore, aku dan beberapa temanku memutuskan untuk menjenguk guru yang sedang sakit PKU Muhammadiyah yang terletak dekat dengan Malioboro. Robbunaa yusyfiihi. Dengan tujuan utama kabur dari zona boring di lingkungan pesantren yang begitu-begitu saja. Ah, nggak papa lah, sekali-kali, hahaha..
                Keluar dari RS sekitar jam setengah delapan malam, kawasan Malioboro yang nggak pernah tidur bukanlah godaan yang mudah. Ya’ know, sebagai orang alim yang jarang mendapat kesempatan keluar malam, this is hard challenge. Dan kami pun memutuskan untuk sekedar menikmati suasana jogja malam yang konon nggak pernah tidur itu.
                Malioboro malam masih sesak dengan komunitas-komunitas yang nggak ada matinya, juga pemusik street gamelan yang menambah meriah suasana. Kami berjalan menyusuri jalan Malioboro yang masih ‘terjaga’ itu. Lurus, tanpa mengambil belokan, kami sampai ke ujung jalan. Yes, inilah kawasan Kopi Joss. Warung-warung angkringan Kopi Joss yang berjejer menawarkan kenikmatan kopi yang khas dengan bongkahan arang menambah nikmatnya kopi yang nggak ada bandingannya.
                Lupakan Sejenak, Kita Ngopi Joss Malam Ini

                Sesekali keluar dari zona terpuruk dan membosankan bukanlah hal yang salah, kan ? hahaha. Persoalan yang komplek untuk sejenak bisa sirna dari pikiran. Larut bersama legamnya Kopi Joss yang menggoda iman ini. Dengan suasana malam jogja, sejenak merefresh pikiran yang sudah penuh sesak persoalan madrasah, bad relation, entah dengan guru ataupun, ehm.. yang semakin nggak ada kabar, you make me possessive, baby. Entah, padahal baru beberapa waktu lalu, tapi bisa saja membuatku tersiksa. Kau terlalu pintar J.

                Kopi Joss ini mungkin memang salah satu spot yang termasuk menjadi interesting point para turis nokturnal, khususnya para pecinta kopi yang ingin merasakan bagaimana kopi yang dicampur bongkahan arang ini. Joss! Salut buat kalian para pedagan Kopi Joss ! (az)